DIMENSI DAN STRUKTUR PENDIDIKAN IPS

Standard

DIMENSI DAN STRUKTUR PENDIDIKAN IPS

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial SD

Semester Genap

Dosen Pengampu: Ika Oktavianti, M.Pd

Disusun oleh:

1.     Noviyono Setiyo Budi     (2009-33-066)

2.     Tias Anggraeni                (2009-33-069)

3.     Vivi Rochmawati             (2009-33-083)

4.     Fatimatuz Zahro’             (2009-33-169)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2011



BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional adalah kemempuan dalam mengorganisir materi pembelajaran. Untuk melakukan tugas tersebut, guru hendaknya memiliki keterampilan bagaimana merencanakan pembelajaran tersebut sesuai dengan karakteristik bahan materi pembelajaran disamping karakteristik siswa, kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya.

Dalam makalah ini diuraikan tentang dimensi dan struktur Pendidikan IPS (PIPS) yang akan menjadi dasar dan sumber pembelajaran khususnya dalam pengorganisasian materi yang diselenggarakan oleh guru. Proses pembelajaran di kelas untuk para siswa hendaknya dapat mengarakan, membimbing, dan mempermudah mereka dalam penguasaan sejumlah konsep dasar sehingga mereka dapat membentukstruktur ilmu pengetahuannya sendiri. Tugas ini sebenaranya tidak mudah mengingat kemampuan sisiwa sekolah memiliki latar belakang kemampuan dan lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, sangat perlu ada upaya pencarian dan penerapan model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar lebih berkualitas.

Penguasaan dan pengembangan dimensi dan struktur pembelajaran dalam PIPS sangat penting bagi guru karena siswa sekolah menengah diharapkan telah memiliki kemampuan berfikir abstrak dan parsial atau spesialisasi serta berpikir analitis. Untuk memfasilitasi kebutuhan ini mahasiswa calon guru perlu mempersiapkan model pembelajaran yang tepat yang didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap dimensi-dimensi PIPS dan strukturnya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa dan bagaimana dimensi pengetahuan (knowledge) dalam pendidikan IPS?

2.      Apa dan bagaimana dimensi keterampilan (skill) dalam pendidikan IPS?

3.      Apa dan bagaimana dimensi nilai dan sikap (values and attitudes) dalam pendidikan IPS?

4.      Apa yang dimaksud dengan dimensi tindakan (action) dalam pendidikan IPS?

C.     Tujuan

1.      Memahami apa dan bagaimana dimensi pengetahuan (knowledge) dalam pendidikan IPS?

2.      Memahami apa dan bagaimana dimensi keterampilan (skill) dalam pendidikan IPS?

3.      Memahami apa dan bagaimana dimensi nilai dan sikap (values and attitudes) dalam pendidikan IPS?

4.      Memahami apa yang dimaksud dengan dimensi tindakan (action) dalam pendidikan IPS?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Dimensi PIPS

1.      Dimensi Pengetahuan (Knowledge)

Setiap orang memiliki wawsan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Secara konseptual, pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup: (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3) generalisasi yang dipahami oleh siswa.

Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupan.

Pada dasarnya fakta yang disajikan untuk para siswa hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan berfikirnya. Secara umum, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa peristiwa, objek, dan hal-hal yang bersifat konkret. Oleh karena itu guru perlu mengupayakan agar fakta disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas masing-masing.

Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkatagori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif yang diberi label. Namun konsep akan selalu direvisi disesuaikan dengan konsep menurut disiplin ilmu-ilmu social, sebagai berikut:

tradisi

perubahan

kontinuitas

konflik

kooperasi

nasionalisme

kolonialisme

imperalisme

revolusi

perilaku

kerja kelompok

hubungan antar-kelompok

persepsi

fungsi individu

keragaman

pengembangan

lokasi

pola ruang

jarak

saling

wilayah

distribusi

lingkungan

perubahan

tempat

difusi budaya

budaya

tradisi

keyakinan

akulturasi

kekerabatan

adaptasi

ritual

perubahan

budaya

etnosentris

SEJARAH

PSIKOLOGI

GEOGRAFI

ANTROPOLOGI

PENDIDIKAN IPS

POLITIK

SOSIOLOGI

EKONOMI

pengambilan

keputusan

otoritas

kekuasaan

negara

konflik

keadilan

ham

tanggung jawab

demokrasi

masyarakat

sosialisasi

peran

status

stratifikasi social

norma dan sanksi

nilai

konflik social

mobilitas social

otoritas

produksi

distribusi

spesialisasi

pembagian kerja

konsumsi

kelangkaan

permintaan

penawaran

saling ketergantungan

teknologi

Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin-disiplin ilmu sosial. Banyaknya konsep yang terkait dengan lebih dari satu disiplin, isu-isu sosial, dan tema-tema yang berasal dari banyak dimensi ilmu sosial. Konsep-konsep tersebut tergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah.

Konsep yang dibentuk secara multidisiplin berasal dari konsep disiplin tradisional dan menjadi pemerkaya bagi kajian IPS. Konsep-konsep ini muncul karena adanya keperdulian dan persepsi sosial serta munculnya permasalahan social yang semakin kompleks. Hal ini telah dipandang sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikan konsep-konsep IPS.

Generalisasi merupakan suatu pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

Pengembangan konsep dan generalisasi adalah proses mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat. Merumuskan generalisasi dan mengembangkan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh siswa dengan bimbingan guru. Hubungan antara generalisasi dan fakta bersfat dinamis. Memperkenalkan informasi baru yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan generalisasi merupakan cara yang baik untuk menkondisikan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan informasi baru, pada siswa dapat mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah dirumuskan terlebih dahulu.

2.      Dimensi Keterampilan (Skills)

Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh karena itu, berikut uraian sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsure dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran.

a.      Keterampilan Meneliti

Keterampilan ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data. Secara umum penelitian mencapkup sejumlah aktivitas sebagai berikut:

  • Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu
  • Mengumpulkan dan mengolah data
  • Menafsirkan data
  • Menganalisis data
  • Menilai bukti-buki yang ditemukan
  • Memyimpulkan
  • Menerapkan hasil temuan dan konteks yang berbeda
  • Membuat pertimbangan nilai

b.      Keterampilan Berpikir

Sejumlah keterampilan berpikir banyak berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara efektif. Untuk mengembangkan keterampilan berfikir pada diri siswa, perlu ada pengusaan terhadap bagian-bagian yang lebih khusus dari keterampilan berfikir tersebut serta melatihnya di kelas. Beberapa keterampilan berfikir yang perlu dikembangkan oleh guru di kelas untuk para siswa meliputi:

  • Mengkaji dan menilai data secara kritis
  • Merencanakan
  • Merumuskan faktor sebab dan akibat
  • Memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa
  • Menyarankan apa yang akan ditembulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan
  • Curah pendapat (brainstorming)
  • Berspekulasi tentang masa depan
  • Menyarankan berbagai solusi alternatif
  • Mengajukan pendapat dan perspektif yang berbeda

c.       Keterampilan Partisipasi Sosial

Dalam belajar IPS, siswa perlu dibelajarkan bagaiman berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Keahlian bekerja dalam kelompok sangat penting karena dalam kehidupan bermasyarakat begitu banyak orang menggantungkan hidup melalui kelompok. Beberapa keterampilan partisipasi sosial yang perlu dibelajarkan oleh guru meliputi:

  • Mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang lain
  • Menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain
  • Berbuat efektif sebagai anggota kelompok
  • Mengambil berbagai peran kelompok
  • Menerima kritik dan saran
  • Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan

d.      Keterampilan Berkomunikasi

Pengembangan keterampilan berkomunikasi merupakan aspek yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif, dan kreatif. Walaupun bahasa tulis dan lisan telah menjadi alat berkomunikasi yang paling biasa, guru hendaknya selalu mendorong para siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam film, drama, seni (suara, tari, lukis), pertunjukkan, foto, bahkan dalam bentuk peta. Para siswa hendaknya dimotivasi agar menjadi pembicara dan pendengar yang baik.

3.      Dimensi Nilai dan Sikap (Value and Attitude)

Pada hakekatnya, nilai merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang ketika berpikir atau bertindak. Umumnya, nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antarindividu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau persatuan dari orang-orang yang satu tujuan.

Heterogenitas nilai yang ada di masyarakat tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam pembelajaran IPS di kelas. Di suatu pihak, nilai dapat masuk ke dalam masyarakat dan tidak mungkin steril dari isu-isu yang menerpa dan terhindar dalam masyarakat demokratis. Di pihak lain, tidak dipungkiri bahwa nilai tertentu muncul dengan kekuatan yang sama dalam masyarakat dan menjadi pembelajaran yang baik serta menjadi perlindungan dari berbagai penyimpangan dan pengaruh luar. Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas nilai sustantif dan nilai prosedural.

a.      Nilai Substantif

Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Setiap orang memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang sesuatu hal.

Dalam mempelajari nilai substantif, para siswa perlu memahami proses-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan konflik dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, siswa perlu mengetahui ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut.

Manfaat lain dari belajar nilai substantif adalah siswa akan menyatakan bahwa dirinya memiliki nilai tertentu. Guru harus menjelaskan bahwa siswa membawa nilai yang beragam ke kelas sesuai dengan latar keluarga, agama, atau budaya. Selain itu, guru perlu menyadari pula bahwa nilai yang dia anut tidak semuanya berlaku secara universal.

Program pembelajaran IPS hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan, merefleksi, dan mengartikulasikan nilai-nilai yang dianutnya. Proses ini tergantung pada nilai-nilai prosedural di kelas. Siswa hendaknya memiliki hak mengambil posisi nilai mana yang akan dianut tanpa paksaan atau menangguhkan keputusan dan tetap tidak mengambil keputusan. Dengan kata lain, siswa hendaknya didorong untuk bersiap diri membenarkan posisinya, mendengarkan kritikan yang ditujukan terhadap dirinya dan atau mengubah keputusannya bila ada pertimbangan lain.

b.      Nilai Prosedural

Nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai orang lain. Nilai-nilai kunci ini merupakan nilai yang menyokong masyarakat demokratis, seperti: toleran terhadap pendapat yang berbeda, menghargai bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain. Apabila kelas IPS dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi siswa secara efektif dan diharapkan semakin memahami kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nila-nilai tersebut.

Pembelajaran yang mengaitkann pendidikan nilai ini secara eksplisit atau implisit hendaknya telah ada dalam langkah-langkah atau proses pembelajaran dan tidaklah menjadi bagian dari konten tersendiri. Dengan kata lain, nilai-nilai ini tidak perlu dibelajarkan secara terpisah. Selain itu, masyarakat demokratis yang ideal harus mampu mengungkapkan nilai-nilai pokok dalam proses pembelajaran bukan hanya retorika semata bahkan harus menghormati harkat dan martabat manusia, berkomitmen terhadap keadilan sosial, dan memperlakukan manusia sama kedudukannya di depan hukum.

4.      Dimensi Tindakan (Action)

Tindakan sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pula dapat belajar secara konkret dan praktis. Dengan belajar dari apa yang diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, para siswa belajar menjadi warga Negara yang efektif di masyarakat.

Dimensi tindakan sosial dapat dibelajarkan pada semua jenjang dan semua tingkatan kelas kurikulum IPS. Dimensi tindakan social untuk pembelajaran IPS meliputi tiga model aktivitas sebagai berikut.

  • Percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah di kelas seperti cara berorganisasi dan bekerja sama.
  • Berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan.
  • Pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri.

B.     Struktur PIPS

Model pembelajaran alternatif untuk bidang ilmu-ilmu sosial telah diperkenalkan dengan aneka ragam istilah diperkenalkan dengan aneka ragam istilah, seperti : Model Inkuiri, Problem Solving, Berpikir Kritis, Pengambilan Keputusan, dan sebagainya. Pada hakekatnya, model-model pembelajaran ini lebih banyak menekankan pada upaya membelajarkan siswa secara aktif (Students’ Active Learning).

Untuk menyajikan materi pembelajaran yang penuh dengan muatan konsep, generalisasi dan teori, Marlin L. Tanck dalam Sapriya (2009) memperkenalkan model pembelajaran konsep, generalisasi dan konstruk yang dikenal dengan “A Model of A knowledge” (Model Struktur ilmu Pengetahuan).

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran IPS dan sekaligus menjadi tugas guru pada tingkat pendidikan dasar adalah menerjemahkan materi yang sulit menjadi mudah atau materi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret. Suatu upaya untuk menerjemahkan dan mengkonkretkan hal yang abstrak tersebut biasanya diperlukan sesuatu yang berfungsi sebagai wakil atau representasi. Sesuatu yang mewakili inilah yang dikenal dengan sebutan model. Para siswa yang tengah belajar pada jenjang pendidikan menengah , perlu dibimbing dan diperkenalkan kepada atau dilatih kemampuan dalam berpikir abstrak. Dengan kata lain, para guru perlu memperkenalkan pengetahuan abstrak (abstrack knowledge) kepada siswanya. Salah satu cara untuk membantu para siswa dalam memiliki kemampuan ini adalah melalui perantara model.

C.     Model Struktur Pengetahuan

Menurut Tanck pengetahuan (knowledge) dianggap sebagai hasil kerja intelektual yang dikembangkan oleh manusia melalui proses psikologisnya. Hasil-hasil itu dapat digolongkan dalam bentuk/jenis pengetahuan yang berbeda-beda. Jenis pengetahuan dapat dilihat sebagaimana dirancang dalam model struktur atau organisasi pengetahuan.

Model ini berusaha membedakan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda-beda dan mengorganisasikannya dalam suatu struktur. Model ini dapat mewakili suatu cara bagaimana pengetahuan yang bersifat abstrak ini dapat digolongkan dan disusun sehingga para guru dapat dengan mudah merancang pengajaran dan para siswa lebih mudah lagi belajar. Model dibawah ini dapat diuji apakah model ini dapat membantu para guru lebih efektif merancang pengajaran aspek pengetahuan pilihan yang bersifat abstrak dan apakah para siswa merasakan terbantu pada waktu belajar menguasai pengetahuan pilihan tersebut.

Model struktur ilmu pengetahuan terdiri atas unsur-unsur yang dapat digambarkan dalam diagram, sebagai berikut :

Construct

Generalization

Concept

Fact and Atribute

Secara lebih rinci unsur-unsuryang ada dalam struktur ilmu pengetahuan diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1.      Atribut

Atribut merupakan karakteristik atau sifat sejumlah benda, peristiwa atau ide yang dapat dibedakan. Atribut-atribut itu misalnya ciri-ciri yang dapat dianggap sama, serupa atau berbeda. Atribut dapat didasarkan pada fakta berupa informasi konkret yang dapat diverifikasi dari laporan orang lain atau hasil pengamatan langsung seseorang. Apakah informasi itu akurat, dapat dibuktikan dengan cara memeriksa kebenaran laporan atau dengan meneliti, mendengarkan, menyentuh, dan merasakan.

Laporan lisan, gambar, dan chart data dapat digunakan untuk mengkomunikasikan atribut-atribut. Penkomunikasian fenomena dan kondisi yang terlihat merupakan proses mempelajari atribut-atribut. Para siswa dapat mempelajari atribut-atribut melalui proses persepsi, yakni memperoleh informasi dari orang lain, atau pengamatan dan pengkajian oleh mereka sendiri.

Atribut dapat diketahui menurut tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Beberapa atribut dapat dengan udah dinyatakan sedangkan yang lainnya mungkin dapat dipahami dan digunakan namun tidak mudah diungkapkan.

2.      Kelas

Kelas adalah pengelompokkan kategori benda-benda, peristiwa atau pemikiran. Setiap kelas meliputi benda-benda yang memiliki kesamaan atribut dan mengabaikan atribut-atribut yang berbeda atau tidak ada kaitannya. Pengkelasan berdasarkan pada satu atau atribut tertentu, tidak pada semua atribut.

Pengkelasan merupakan sesuatu hal yang biasa dan banyak kegunannya. Semua orang yang kita ketahui, kita tempatkan dalam ragam kelas, seperti laki-laki – perempuan, kaya – miskin, bersahabat – bermusuhan. Benda-benda hidup dapat dikelompokkan sebagai berikut: tanaman – hewan, mamalia atau reptil atau burung, binatang buas – binatang piaraan. Kelompok buku-buku dapat dibagi menurut jenisnya, seperti fiksi – nonfiksi, bersamul tebal – bersampul tipis, mudah – sulit. Dengan demikian, kita dapatmengklasifikasikan sesuatu secara praktis menurut pengalaman sesuai dengan atribut-atributnya.

3.      Simbol

Setiap kelas dapat dirujuk dengan suatu symbol. Symbol menunjukkan kelas. Symbol dapat berupa kata-kata, tanda, gerak mimic,nomor angka, atau yang lainnya. Apapun namanya simbol merupakan cara yang bermanfaat untuk mengkomunikasikan tentang kelas. Kelas semua benda yang digunakan dalam produksi mungkin cocok disebut “sumber-sumber produksi” atau “faktor-faktor produksi”. Benda-benda seperti tanah dan pohon dapat dirujuk sebagai sumber alam. Kelas benda-benda buatan manusia yang digunakan untuk memproduksi dapat dinamakan “modal”. Kelompok orang yang bekerja untuk menghasilkan sesuatu barang dapat disebut “tenaga kerja” (buruh) atau “sumber daya manusia”.

. modal

Gambar. Kelas dan subkelas

Gambar di atas menunjukkan adanya saling hubungan antar kelas. Lingkaran besar adalah gambar tentang factor-faktor produksi yang mewakili semua benda yang digunakan dalam memproduksi barang dan jasa . lingkaran kecil (1, 2, 3) mewakili subkelas dari setiap factor produksi.

4.      Konsep

Konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran (ide). Lahirnya konsep karena adanya kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol. Konsep  “tanah” bagi siswa merupakan sebutan umum untuk sumber alam yang produktif. Konsep buruh menurut siswa merupakan sebutan abstrak tentang apa yang dimiliki oleh semua anggota kelas/kelompok.

Konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang berkaitan bukan dengan contoh tertentu melainkan dengan semua anggota kelas. Konsep dapat dianggap sebagai suatu model kelompok benda yang terpikirkan. Konsep merupakan cara berpikir menggenerelasasikan sejumlah anggota kelas yang khusus ke dalam satu contoh model yang tidak nampak, termasuk atribut semua contoh yang berbeda-beda.

Konsep bersifat subyektif dan menyatu. Semua orang membentuk konsep dari pengalamannya sendiri. Dari pengalaman seperti mencatat contoh-contoh dan mendengarkan diskusi yang melibatkan kelas, setiap orang menjadi sadar akan pengertian dan atribut.

Konsep merupakan kesadaran internal yang mempengaruhi perilaku yang tampak. Konsep-konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari konsep disiplin ilmu atau dari konsep yang telah biasa digunakan dilingkungan kehidupan siswa atau masyarakat setempat. Berikut ini adalah matrik yang dapat dijadikan model oleh guru dalam proses pembelajaran.

 

Jenis perilaku yang menunjukkan pengetahuan tentang konsep Contoh perilaku tentang konsep sumber daya alam, buruh, modal.
PENGELOMPOKAN. Diberikan sejumlah contoh gambar orang yang berpakaian berbeda-beda sesuai dengan profesinya, siswa akan dapat mengidentifikasi contoh gambar dan yang bukan contoh gambardari suatu konsep. Ketika diberikan contoh gambar: dokter, sekretaris, turis, dan bayi, kemudian diajukan pertanyaan, gambar mankah yang termasuk kelompok tenaga kerja, siswa memilih dokter dan sekretaris sebagai profesi tenaga kerja, bukan turis dan bayi.
APLIKASI. Diberikan masalah baru dengan memanfaatkan pengetahuan konsep umum, siswa akan menggunakan konsep untuk memecahkan masalah. Apabila ditanya, apakah perbedaan antara mengolah tanah menggunakan cangkul dan mengolah tanah menggunakan traktor, siswa menjawab bahwa yang pertama banyak memerlukan banyak tenaga kerja manusia sedangkan yang kedua memerlukan banyak modal.
SINTESIS. Diberikan motivasi, siswa akan dapat membuat contoh-contoh konsep yang unik. Apabila diminta pendapat bagaimana cara memanfaatkan rumput laut sebagai bahan makanan tambahan dan mengemukakan apakah sumber alam, tenaga kerja dan modalnya, siswa mungkin menjawab ‘manisan rumput laut” dan rumput laut sebagai sumber alam (bahan mentah), mesin mengolah sebagai modal dan operator mesin sebagai tenaga kerja.

 

5.      Generalisasi

Generalisasi merupakan penekanan suatu hubungan yang terjadi antara atau antarkelas/kelompok. Pengertian yang dimaksud dalam generalisasi dapat disebut preposisi, hipotesis, inferensi, kesimpulan, atau prinsip. Arti generalisasi ini biasanya dikomunikasikan secara verbal dalam suatu pernyataan, seperti “Lembaga-lembaga sosial cenderung ada di lingkungan masyarakat manusia”. Pernyataan ini mengandung simbol untuk membentuk generalisasi.

Hubungan yang ditegaskan dalam bentuk pernyataan, seperti “sumber daya alam, tenaga kerja dan modal digunakan dalam berbagai proses produksi ” merupakan contoh generalisasi. Untuk memahami suatu generalisasi, perhatikanlah beberapa prisipberikut ini:

1.      Generalisasi meliputi hubungan antar dua atau lebih konsep.

2.      Generalisasi bersinggungan dengan kelas/kelompok secara menyeluruh. Secara luas dapat diterapkan terhadap hal-hal yang umum bukan hanya kepada hal-hal yang khusus.

3.      Generlisasi merupakan abstraksi yang tingkatannya lebih tinggi dibanding konsep. Sebagai pengertian dari suatu hubungan abstrak antara konsep-konsep yang abstrak, generalisasi lebih abstrak daripada konsep.

4.      Generalisasi berdasarkan pada inferensi. Generalisasi berasal dari pemikiran bukan dari pengamatan. Kita dapat dengan mudah melihat bahwa sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal digunakan dalam pertanian dan perhutanan, namun kita dapat melihat bahwa semuanya dapat digunakan dalam semua proses produksi.

5.      Generalisasi merupakan penegasan yang dapat dianggap sebagai kebenaran dan ketepatan. Apakah generalisasi itu benar dan akurat dapat diuji. Apabila orang setuju dengan konsep-konsep yang digunakan dalam generalisasi bahwa “sumber daya alam, tenaga kerja dan modal digunakan dalam semua proses produksi”, dapat diuji dengan cara membuktikannya melalui proses inkuiri.

6.      Generalisasi bukan pernyataan atau penegasan yang verbalisme melainkan pernyataan yang kebenarannya perlu dibuktikan melalui perilaku yang tampak.

Cara menunjukkan kemampuan siswa memahami generalisasi:

Jenis perilaku tentang generalisasi contoh perilaku
PENGELOMPOKAN. Diberika  kasus-kasus baru, siswa akan dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang positif, negatif, dan bukan kasus. Ketika ditanya apakah sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal digunakan dalam industri,siswa dapat menjawab “ya” dan mengidentifikasi contoh-contoh sumber daya alam, tenaga kerja dan modal.
APLIKASI. Diberikan masalah baru dengan memanfaatkan pengetahuan konsep umum, siswa akan menggunakan konsep untuk memecahkan masalah. Apabila ditanya, apakah perbedaan antara mengolah tanah dengan menggunakan cangkul dan mengolah tanah dengan menggunakan traktor, siswa mungkin menjawab bahwa yang pertama memerlukan banyak tenaga kerja manusia, sedangkan yang kedua banyak memerlukan banyak modal.
SINTESIS. Diberi motivasi, siswa akan dapat membuat contoh-contoh generalisasi yang unik. Apabila diminta pendapat bagaimana membuat kursi tamu, siswa mungkin memasukkan contoh-contoh sumber daya alam (kayu), tenaga kerj adan modal dalam menggambarkan proses produksi.

Proses pembelajaran dengan teknik pengelompokan, aplikasi, dan sisntesisi merupakan cara menyajikan bahan materi pelajaran untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lainnya. Agar siswa mahir dengan kemampuan ini, maka pelatihan dalam pembelajaran perlu dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan karakter materi palajarannya.

BAB III

PENUTUP

A.     Simpulan

Program Pendidikan IPS yang komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi sebagai berikut:

1.       Dimensi pengetahuan (Knowledge); mencakup fakta, konsep dan generalisasi.

2. Dimensi keterampilan (Skills); mencakup keterampilan meneliti, berpikir, partisipasi sosial, dan berkomunikasi.

3.   Dimensi nilai dan sikap (Values and Attitudes); terdiri atas nilai substansif dan nilai prosedural. Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai pendapat orang lain.

4. Dimensi tindakan (Action). merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif.

2.       Saran

1.      Dalam mengajarkan IPS  pada siswa sangat perlu ada upaya pencarian dan penerapan model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar lebih berkualitas.

2.      Mahasiswa calon guru perlu mempersiapkan model pembelajaran yang tepat yang didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap dimensi-dimensi PIPS dan strukturnya.

3.      Agar lebih memahami tentang konsep dimensi dan struktur pendidikan IPS hendaknya kita membaca dari berbagai literature yang mendukung atau bertanya pada dosen pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ridwan. 2010. Pengembangan pendidikan IPS SD. Terdapat pada http://pjjpgsd.upi.edu/moodle/forum/1/593/MATERI_WEB.pdf. Diunduh pada tanggal 11 Maret 2011.

Ipadmanual. 2011. Dimensi-dimensi pendidikan IPS. Terdapat pada http://ipadmanual.co.cc/pdf?dimensi-dimensi-pendidikan-ips. Diunduh pada tanggal 11 Maret 2011.

Ischak, dkk. 2004. Pendidikan IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Lusmayan, Wayan. 2009. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Terdapat pada http://lasmawan.wordpress.com/2009/03/23/pendidikan-ips-di-sd/. Diakses pada tanggal 11 maret 2011.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Leave a comment